TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL (METFORMIN DAN GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2

TERAPI KOMBINASI ANTIDIABETIKA ORAL (METFORMIN DAN GLIBENKLAMID) UNTUK DIABETES MELITUS TIPE 2

BERTHA MELLINA

078115045

PENDAHULUAN

Diabetes melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme karbohidrat (glukosa) di dalam tubuh. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing (poliuria), merasa amat haus (polidipsia), berat badan menurun dan berasa lelah. Di Indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk.

Ada dua jenis tipe diabetes, yakni diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 biasa disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).

Gambaran Klinis : saat datang pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah, dan terdapat infeksi (abses, infeksi jamur, misalnya kandidiasis). Terapi untuk pasien yang menderita diabetes melitus tipe 1 lazimnya memerlukan insulin dan tidak dianjurkan minum antidiabetika oral.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 biasa disebut dengan NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus).

Gambaran klinis : 80% kelebihan berat badan; 20% datang dengan komplikasi (penyakit jantung iskemik, gagal ginjal, ulkus pada kaki). Pasien dapat juga datang dengan poliuria dan polidipsia yang timbul perlahan-lahan. Pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 tidak tergantung dari insulin dan dapat diobati dengan antidibetika oral. Tipe NIDDM lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan pada usia lanjut.

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai sasaran, tujuan, dan strategi terapi serta obat antidiabetika oral kombinasi metformin dan glinbenklamid untuk penderita diabetes melitus tipe 2.

SASARAN TERAPI

Sasaran terapi untuk diabetes melitus tipe 2 adalah kadar glukosa darah, komplikasi, dan pola hidup penderita diabetes melitus tipe 2. Terapi harus meminimalkan gejala dan menghindari komplikasi, dan memungkinkan pasien untuk hidup normal.

TUJUAN TERAPI

Tujuan terapi jangka pendek untuk penderita diabetes melitus tipe 2 adalah untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul, seperti poliuria (banyak buang air kecil), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dan untuk menormalkan kadar glukosa darah. Kira-kira 80% dari semua pasien tipe-2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l, sehingga kadar gula darah perlu dikontrol dengan nilai normal (4-7 mmol/l).

Tujuan terapi jangka panjang adalah memperlambat laju perkembangan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular seperti retinopati (penyakit mata), neuropati (kerusakan pada saraf), nefropati (kerusakan ginjal). Komplikasi makrovaskular adalah seperti penyakit kaki, keadaan ini merupakan akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki yang dingin dan nyeri), dan peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi, sehingga terbentuk ulkus, gangren dan kaki charcot (kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi).

Untuk mencapai kedua tujuan ini adalah sangat penting mengusahakan regulasi yang optimal. Regulasi yang optimal dimaksudkan bahwa sepanjang hari kadar gula darah pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, sehingga hendaknya kadar gula darah dikendalikan dengan nilai normal (4-7 mmol/l). Kontrol glikemik yang baik menghambat timbul dan berkembangnya semua penyakit mikrovaskular, penyakit makrovaskular jarang terjadi pada pasien yang tekanan darahnya dapat terkontrol dengan baik (<140/90 mmHg).

STRATEGI TERAPI

Nonfarmakologis

Strategi terapi nonfarmakologis untuk diabetes melitus tipe 2 adalah dengan diet, gerak badan, dan mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi penderita yang merokok). Diet dilakukan terlebih pada pasien yang kelebihan berat badan. Makanan juga dipilih secara bijaksana, terutama pembatasan lemak total dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa darah, dan juga hindari makan makanan yang banyak mengandung gula berlebih. Gerak badan secara teratur dapat dilakukan, yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, atau olahraga. Berhenti untuk tidak merokok, karena nikotin dapat mempengaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel.

Farmakologis

Pada saat ini terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan DM tipe II, yaitu sulfonilurea, biguanid, meglitinid, α-glukosidase inhibitor, dan agonis receptor γ (thiazolidin atau glitazon). Obat hipoglikemik oral diindikasikan untuk pengobatan pasien DM tipe II yang tidak mampu diobati dengan melakukan diet dan aktivitas fisik. Biguanid dan thiazolidinedion dikategorikan sebagai sensitizer insulin, dengan cara menurunkan resistensi insulin. Sulfonilurea dan meglitinid dikategorikan sebagai insulin secretagogues karena kemampuannya merangsang pelepasan insulin endogen.

Contoh :

Sulfonilurea : sulfonilurea generasi pertama (acetohexamid, clorproramid, tolbutamid, talazamid) dan generasi kedua (glimepirid, gilipizie, dan glibenklamid)

Meglitinid  : nateglinid, repaglinid

Biguanid  : metformin

Thiazolidinedion : pioglitazon dan resiglitazon

Alfa glukosidase inhibitor : acarbose dan miglitol.

Sulfonilurea dan biguanid tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe 2.

OBAT PILIHAN

Antidiabetika Oral Kombinasi Metformin dan Glibenklamid

Kombinasi ini sangat cocok digunakan untuk penderita diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi (metformin atau glibenklamid saja), diet, dan olahraga. Di samping itu, kombinasi ini saling memperkuat kerja masing-masing obat, sehingga regulasi gula darah dapat terkontrol dengan lebih baik. Kombinasi ini memiliki efek samping yang lebih sedikit, apabila dibandingkan dengan efek samping apabila menggunakan monoterapi (metformin atau glibenklamid saja). Metformin dapat menekan potensi glibenklamid dalam menaikkan berat badan pada pasien diabetes melitus tipe 2, sehingga cocok untuk pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami kelebihan berat badan (80% dari semua pasien diabetes melitus tipe 2 adalah terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi sampai 17-22 mmol/l).

Nama Generik :

Metformin Hidroklorida

Indikasi : menekan nafsu makan, tidak meningkatkan berat badan, indikasi lain penggunaannya dalam kombinasi dengan sulfonilurea adalah untuk pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hasil yang tidak memadai hanya dengan pemberian terapi sulfonilurea.

Dosis : 3 kali sehari 500 mg, atau 2 kali sehari 850 mg, diminum yang diberikan pada waktu makan. Bila perlu dosis dinaikkan dalam waktu 2 minggu sampai maksimal 3 kali sehari 1g.

Efek Samping : agak sering tejadi dan berupa gangguan lambung-usus, antara lain anorexia (kehilangan nafsu makan), mual, muntah, keluhan abdominal, diare terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Efek tersebut berhubungan dengan dosis dan cenderung terjadi pada awal terapi dan bersifat sementara.

Kontraindikasi : kontraindikasi pada pasien yang menderita penyakit ginjal, alkoholisme, penyakit hati.

Perhatian : Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya selalu disuntik dengan insulin.

Glibenklamid

Indikasi : digunakan untuk diabetes melitus tipe 2 dimana kadar gula darah tidak dapat dikontrol hanya dengan diet saja.

Dosis : dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari.

Efek samping : hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya tanpa gejala yang khas, agak terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), sakit kepala, pusing, merasa tidak enak di mulut, gangguan kulit alergis.

Kontraindikasi : pasien usia lanjut, gangguan hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.

Peringatan : dapat menimbulkan kenaikkan berat badan atau hipoglikemia.

Nama dagang di Indonesia :

Glucovance ® dari Merck

Bentuk Sediaan :

tablet (film coated)

Komposisi :

per tab 1,25mg/250mg mengandung glibenklamid 1,25 mg, metformin HCl 250 mg.

per tab 2,5mg/500mg mengandung glibenklamid 2,5 mg, metformin HCl 500 mg.

per tab 5mg/500mg mengandung glibenklamid 5 mg, metformin HCl 500 mg.

Indikasi : terapi tahap kedua untuk diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat dikontrol dengan diet, olahraga, dan sulfonilurea atau metformin.

Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung kongestif, hipersensitif terhadap metformin HCl atau glibenklamid atau sulfonilurea lain, asidosis metabolik akut atau kronik, gangguan fungsi hati, intoksikasi akut alkohol, alkoholisme, porfiria, laktasi.

Dosis awal : 1,25 mg/250 mg 1-2 kali per hari atau 2,5 mg/500 mg dua kali sehari bersama makanan

Efek Samping : infeksi saluran nafas atas, diare, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, pusing.

Resiko khusus : pregnancy risk factor B, tidak boleh digunakan pada wanita hamil dan menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, 263-269, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Anonim, 2005, AHFS Drug Information, 3065-3068, American Society of Health System Pharmacist Inc., USA.

Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, 255, Penerbit PT Infomaster: Jakarta.

Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, 693-705, Penerbit Salemba Medika : Jakarta.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th Edition, 742-743, AphA, Lexi-Comp Inc, Hudson, Ohio.

Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, 78-79, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Tjay, T.H, Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, ed. 5, 693-712, Penerbit PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

Leave a comment